Saat mengenakan suntiang, perempuan Minang berbunga-bunga. Ketika menyambangi Restoran Suntiang, hati siapa pun bisa berbunga-bunga.
MINANG yang kaya bumbu, Jepang yang lebih menon jolkan rasa orisinal bahan bahan yang digunakannya, bertemu di Suntiang. Dua kultur memasak yang kaya akan kisah itu berpadu harmonis di restoran yang terletak di Pondok Indah Mall, Jakarta Selatan.
Suntiang, dalam kultur Minang, merupakan sebutan bagi mahkota yang digunakan mempelai perempuan dalam upacara pernikahan. Suntiang itulah yang kemudian menjadi filosofi sekaligus nama restoran ini.
Layaknya sebuah pernikahan, sang pemilik yang berdarah Padang mencoba mengawinkan karakter kuliner Minang dan Jepang. Dua kutub yang kontras itu, layaknya sebuah perkawinan, mesti padu buat menghasilkan rasa dan tampilan yang sedap.
Restoran yang dibuka November 2013 ini punya primadona rendang roll sushi.
Tampilannya layaknya sushi lazimnya, hanya di bagian atasnya ditata potongan daging rendang. Harganya s Rp33 ribu.
Ada pula rendang cheese roll dengan sentuhan rendang, mayones, dan keju mozarella. Menu seharga Rp68 ribu itu berisi enam potong sushi. Mari coba pula chicken teriyaki roll, dengan sambal hijau dan merah di atasnya, seharga Rp33 ribu. Coba pula crispy tunjang roll dengan harga yang sama.
Gulai ramen Tak ketinggalan, gulai ramen, favorit di sini. Kuah gulai khas Padang dari kaldu ayam kampung kental disajikan dengan mi ramen khas Jepang. Kawannya, potongan chicken karage atau ayam tepung, pakcoy, serta irisan wortel dan lobak.
Ada pula gyoza, pangsit jepang yang berisi irisan kecil daging rendang serta ayam bakar yang ditumis dengan wortel dan bawang. Buat menyantapnya, ada tiga jenis saus sebagai cocolan, yakni saus gulai, balado, dan rendang yang semuanya dipadukan dengan mayones.
Di sini ada pula masakan Minang fusion alias versi modifikasi ataupun autentik lainnya. Seperti ayam pop roll, otak tem pura balado, edamame balado, beef rinds miso soup, rendang tamago bowl, sizzling beef tongue with green chilli and asam pade sauce. Harga setiap menu berkisar Rp19 ribu hingga Rp93 ribu.
Buat kawannya, minuman jelly cap pucino, yang berisi cincau, ogura atau kacang merah, dan racikan kopi cappucino.
Segar! Ada pula red suntiang, racikan buah stroberi segar yang ditumbuk dalam sirup stroberi. Versi hijaunya, ada green suntiang, buah kiwi tumbuk serta jus jeruk.
Buat menutup santap nan sedap itu, ada laman katan sarikayo. Kue srikaya yang gurih manis karena dibuat dari santan itu diracik dari resep kuno milik nenek pemilik restoran ini, yakni kakak beradik Puti Lenggogeni dan Ge mala Rinaldi, serta rekan mereka, Reza Pradikta. “Restoran ini merupakan bentuk kecintaan pemilik kami yang berdarah Padang pada kampung halamannya. Sebelum mengawinkannya, saya selaku head chef yang sudah pengalaman 20 tahun di kuliner Jepang belajar langsung ke nenek beliau yang jago meracik masakan Minang khas Pariaman,“ kata M Lutfi Abadi, sang kepala koki.
Lutfi kemudian mempelajari bagaimana membuat rendang yang baik dan sesuai dengan rasa autentik Minang.
Sama-sama gampang disukai Tentu saja, papar Lutfi, mengawinkan rasa kedua karakter itu butuh modifikasi.
Rendang diturunkan tingkat kepedasannya, pun sushi nasinya dibuat dengan mengurangi keasamannya. Sushi pada konsep tradisional dibuat dengan percikan cuka pada nasinya.
Keselarasan itu diupayakan dari awal 2013 hingga menjelang restoran ini dibuka 11 bulan berikutnya.
“Untuk meracik menu-menu perpaduan ini, sesekali kami melakukan uji coba rasa ke keluarga dan teman-teman hingga menghasilkan rasa yang menarik. Namun, di balik perbedaan karakter kuliner Jepang dan Padang, terdapat kesamaan, yakni gampang diterima masyarakat. Inilah yang membuat kami berani mengawinkan kedua rasa ini sehingga dihasilkan beberapa menu Padang fusion dengan gaya Jepang,“ kata Lutfi.
Suntiang, kata Lutfi, dengan bangga menyebut dirinya restoran Minang, bukan Jepang. “Hanya, kami menawarkan sensasi bersantap Minang yang berbeda dan unik,“ ungkap Lutfi. (M-3/ Media Indonesia, 16/02/2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar