Silat Minangkabau atau yang lebih dikenal dengan istilah silek merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang lahir dari ranah Minang, Sumatera Barat. Sebagai seni bela diri tradisional, silat Minangkabau tidak hanya memiliki nilai pertahanan diri, tetapi juga sarat dengan filosofi kehidupan dan adat istiadat masyarakat Minang.
Kebangkitan Silat Minangkabau di Ajang Kompetisi
Baru-baru ini, Kejuaraan Pencak Silat Wali Kota Cup I Tahun 2025 di Padang sukses digelar dengan partisipasi sekitar 580 pesilat dari berbagai kabupaten dan kota [Padang.go.id]. Ajang ini bukan hanya wadah kompetisi, tetapi juga momentum penting untuk menghidupkan kembali semangat pelestarian silat sebagai identitas budaya Minangkabau.
Selain itu, Festival Pandeka Batagak 2025 di Tanah Datar menjadi sorotan nasional. Festival ini menampilkan berbagai kategori khas silat tradisional Minang seperti Garugah Baragi, Basilek di Papan Sahalai, Galuik Harimau, hingga Basilek di atas Sayak. Festival ini terbukti menarik perhatian generasi muda untuk mencintai dan melestarikan silek [Sesumbar.com].
Peran IPSI Sumbar dalam Kebangkitan Silat
Dilantiknya Vasko Ruseimy sebagai Ketua IPSI Sumatera Barat periode 2025–2029 menjadi angin segar bagi dunia persilatan Minangkabau. Ia menegaskan bahwa program strategis IPSI akan fokus pada kolaborasi antara tuo silek (sesepuh), pendekar, akademisi, dan tokoh adat untuk membumikan kembali silat Minangkabau. Salah satu misinya adalah menjadikan silat bagian dari pendidikan karakter bagi generasi muda [Antara News Sumbar].
Silat Masuk Kurikulum Sekolah
Kebijakan Sumatera Barat menjadikan silat sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah mendapatkan perhatian nasional. Bahkan, Menpora Dito Ariotedjo mengajak provinsi lain untuk mencontoh langkah ini [Antara News]. Dengan masuknya silat dalam dunia pendidikan, diharapkan generasi muda tidak hanya belajar seni bela diri, tetapi juga memahami filosofi adat Minangkabau yang kaya nilai moral.
Representasi di Ajang Nasional
Tim silat Sumatera Barat juga turut berpartisipasi dalam Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) VIII 2025 di Lombok. Kehadiran tim ini menjadi bukti bahwa silat Minangkabau tidak hanya bertahan di ranah lokal, tetapi juga mampu bersaing di kancah nasional sebagai olahraga sekaligus warisan budaya [Khazminang.id].
Silat Minangkabau saat ini tidak sekadar menjadi warisan budaya, tetapi juga identitas dan kebanggaan masyarakat Sumbar. Melalui kompetisi, festival, kebijakan pendidikan, hingga ajang nasional, silek semakin mendapatkan tempat di hati generasi muda. Dengan dukungan penuh dari berbagai pihak, silat Minangkabau diyakini akan terus berkembang dan dikenal luas, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar